Tanpa diduga, bencana menerpa berbagai wilayah 1di Indonesia menjelang pergantian tahun dan pekan-pekan pertama tahun 2020. Hampir setiap saat khalayak disuguhkan kabar terkait banjir, longsor, angin puting beliung hingga pohon tumbang di banyak daerah.
Solo pun tak luput dari bencana tersebut. Serentetan tumbangnya pohon peneduh dan turus jalan di berbagai lokasi pada bulan terakhir 2019 menjadi salah satu pembuka amukan alam di Kota Bengawan.
Tak tinggal diam, Pemkot Surakarta bergegas mengantisipasi dampak buruk musim hujan yang mengintai Solo. Apalagi kota seluas 44 kilometer persegi ini dipetakan sebagai daerah rawan bencana, terutama banjir dan pohon tumbang.
Berbagai instansi terkait pun saling berkoordinasi, guna meminimalkan korban manakala bencana tersebut terjadi. Koordinasi itu berpuncak menjadi sebuah apel siaga bencana di Plasa Manahan, Jumat (10/1).
“Apel ini dimaksudkan untuk memastikan seberapa siap Kota Surakarta dalam menghadapi peristiwa kebencanaan. Koordinasi saat menghadapi bencana harus terus terarah,” tandas Wali Kota FX Hadi Rudyatmo, usai memimpin apel.
Tak sebatas organisasi perangkat daerah (OPD) yang terlibat dalam mitigasi maupun penanganan bencana, apel yang diikuti 350 peserta itu juga melibatkan perwakilan Palang Merah Indonesia (PMI), TNI/Polri, organisasi masyarakat hingga pelaku usaha. “Ini juga menjadi awal koordinasi dari seluruh anggota Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkominda). Biasanya penanganan bencana berjalan sendiri-sendiri.”
Lebih dari sekadar seremonial belaka, apel tersebut seolah mampu menyatukan berbagai elemen dalam menghadapi bencana. Pengorganisasian upaya pencegahan maupun penanganan musibah pun dilakukan Pemkot bersama instansi-instansi yang terlibat, agar hasil kerjasama itu sesuai harapan. Yakni korban jiwa dan benda seminimal mungkin.
Pembentukan empat posko tanggap darurat bencana, menjadi salah satu bukti konkret pengorganisasian kerja-kerja kemanusiaan tersebut. Sebanyak tiga posko terpadu kebencanaan disiapkan di wilayah paling rawan bencana, yakni Banjarsari, Jebres dan Pasarkliwon. Ketiga posko itu akan dikomandoi petugas posko induk yang berlokasi di Balai Kota.
Seluruh koordinasi intensif terkait kebencanaan bakal berlangsung antarposko, setidaknya hingga Maret mendatang. “Sebelum apel digelar, kami juga telah rutin melakukan perempelan pohon rawan tumbang di berbagai lokasi. Ini menjadi antisipasi dini, sehingga kalau ada pohon tumbang tidak menimbulkan dampak yang terlalu besar,” tegas Wali Kota.
Tak cukup menyiagakan personel dari seluruh satuan kebencanaan di tiap instansi, Pemkot juga menyiapkan berbagai peralatan pendukung evakuasi bencana di tiap posko. “Semua kendaraan dan peralatan akan disiagakan. Dump truck dan ekskavator kecil milik Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) akan disiapkan di pos pemadam kebakaran (damkar) Banjarsari, untuk keperluan evakuasi.”
Petugas Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan Pertanahan (Disperum KKP) dan DPUPR pun diinstruksikan siaga terhadap potensi genangan akibat hujan deras. “Bilamana memungkinkan, genangan itu secepatnya dipompa agar masuk ke drainase besar. Sehingga tidak makin parah,” tandas Rudy, sapaan akrab Wali Kota.
Ya, urusan bencana di mata Pemkot memang bukan hanya tanggung jawab Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Berbagai instansi lain pun harus terlibat, sejauh tugas pokok fungsi (tupoksi) mereka berkaitan dengan mitigasi, evakuasi dan rekonstruksi bencana. Apalagi respon cepat dan efektif dalam penanganan bencana tentu menjadi harapan masyarakat.
Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Eko Prajudhy Noor Aly menegaskan, cuaca ekstrem saat ini perlu antisipasi dengan kerjasama antarinstitusi. Dengan demikian pengerahan tenaga evakuasi yang didasarkan kemampuan dasar masing-masing personel lebih terarah.
Kapolresta Surakarta, Kombes Pol Andy Rifai menyatakan kesiapan aparat kepolisian dalam menghadapi bencana alam. Selain menggelar pelatihan kebencanaan, Polresta juga memiliki sejumlah peralatan evakuasi. “Ada perahu karet, dapur lapangan, sampai gergaji mesin. Semua dalam kondisi siap,” tegasnya.
Senada disampaikan Komandan Kodim 0735/Surakarta, Letkol (Inf) Wiyata Sempana Aji. “Sebanyak 35 personel khusus sudah siaga menghadapi bencana. Kami secara rutin juga berkoordinasi dengan sukarelawan, untuk memudahkan pemetaan jika terjadi bencana alam,” terang dia. (**)