Setup Menus in Admin Panel

Galakkan Rapid Test Sebagai Deteksi Dini Covid-19

Dalam dunia medis, rapid test atau tes seroligis dikenal sebagai suatu pemeriksaan sampel darah, untuk mengetahui apakah darah tersebut mengandung antibodi atau tidak. Antibodi ini diproduksi tubuh, manakala seseorang sedang atau pernah mengalami infeksi virus.

Beberapa sumber menyebutkan, penyakit yang membutuhkan pemeriksaan jenis ini diantaranya adalah Demam Berdarah Dengue (DBD), Hepatitis B. Chikungunya, dan tentu saja Corona (Covid-19).

Para ahli kesehatan sepakat bahwa hasil rapid test bukanlah dasar diagnosa, apakah seseorang terpapar virus corona. Sebab sejauh ini infeksi virus tersebut hanya bisa dideteksi melalui swab test dan Polymerase Chain Reaction (PCR).

Meski demikian mereka juga tidak menampik, jika rapid test bisa dijadikan sebagai skrining atau penyaringan awal untuk memastikan apakah kondisi tubuh seseorang tengah berjuang melawan serangan Covid-19. Sebab bagaimanapun juga, produksi antibodi tersebut berlangsung secara alamiah dalam tubuh mereka yang terpapar corona.

Tak heran jika rapid test dioptimalkan Pemkot Surakarta, sebagai salah satu cara deteksi dini terhadap mereka yang dianggap sebagai kelompok risiko tinggi (risti) terinfeksi Covid-19. Deteksi ini ini diperlukan guna meminimalkan dampak terburuk akibat serangan Covid-19, yakni kematian atau pemburukan penyakit-penyakit penyerta.

“Kami menggunakan sampel darah dari lipatan siku, karena itu adalah titik pengambilan darah terbaik. Selanjutnya sampel darah itu akan diputar di dalam tabung centrifuge selama 15 menit, untuk menghasilkan serum. Serum itulah yang kemudian diteteskan pada rapid test untuk mengetahui reaksi antibodi,” ungkap Kepala Dinas Kesehatan, Siti Wahyuningsih.

Rencana deteksi dini itu akhirnya diimplementasikan Pemkot secara massal, sejak pekan keempat Mei. Diawali pengujian sampel darah terhadap 247 warga Joyontakan yang menjadi kontak erat dan kontak dekat pasien positif Covid-19, rapid test secara bergiliran menyasar 15 pasar tradisional dan pusat perbelanjaan modern, para tenaga kesehatan di berbagai fasilitas kesehatan, hingga sukarelawan dan Aparatur Sipil Negara (ASN) yang selama ini bertugas di garda depan penanganan Covid-19.

Kecuali warga Joyontakan, seluruh sasaran rapid test massal itu tergolong berisiko tinggi terpapar corona, akibat aktivitas keseharian yang mereka lakukan. “Kalau di pasar trasidional atau pusat perbelanjaan, sasarannya adalah mereka yang kontak langsung dan berhadapan dengan masyarakat. Misalnya pedagang, pengunjung, kasir dan tukang parkir,” terang perempuan yang akrab disapa Ning ini.

Hingga 26 Mei, petugas Unit Pelaksana Teknis (UPT) Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Surakarta telah menguji sedikitnya 1.118 sampel darah dari lokasi-lokasi tersebut. Pengujian itu masih dilanjutkan hingga beberapa hari sesudahnya, terhadap kelompok-kelompok risti lainnya.

Deteksi dini melalui rapid test tersebut juga berbuah positif, manakala belasan spesimen diketahui reaktif. Bahkan usai pemilik belasan spesimen itu menjalani swab test, tiga warga Joyontakan dinyatakan positif terinfeksi Covid-19 dan harus menjalani perawatan di rumah sakit.

Hasil uji sampel darah itu tentu sangat mendukung maksimalisasi pengendalian penyebaran corona di Kota Bengawan. Apalagi waktu menjadi sangat berharga, karena semakin cepat seorang penderita ditemukan, makin cepat pula penularan bisa diantisipasi.

“Jika ada potensi penularan Covid-19, kami tentu akan menentukan langkah berikutnya agar rantai penyebarannya tidak semakin panjang,” tandas Ning.

Pemkot pun kembali mengimbau masyarakat untuk bisa menahan diri, dan tidak gampang keluar rumah. “Tanpa kedisiplinan semua pihak, mata rantai penyebaran Covid-19 tentu lebih sulit diputus. Apalagi di Solo penyebaran Covid-19 mulai beralih ke transmisi lokal,” jelas dia.

Saat diselenggarakan di Balai Kota pada 27 Mei, rapid test massal bahkan diikuti pejabat, mulai Wali Kota FX Hadi Rudyatmo, Kapolresta Kombes Pol Andy Rifai dan Dandim 0735/Surakarta Letkol Inf Wiyata Sempana Aji. Adapun Wakil Wali Kota (Wawali) Achmad Purnomo menjalani pengujian serupa satu hari sesudahnya.

“Tentu tidak ada salahnya saya dan teman-teman ikut dites juga. Lagipula saya sering pergi ke tempat karantina, ikut pantauan rapid test massal di Joyontakan, sampai mengantarkan pemudik pulang dari karantina ke rumahnya,” kata Wali Kota. (**)

Mari Berbagi Informasi Kota Surakarta :
30/05/2020
© 2016-2021 PPID Kota Surakarta