Menjelang pertengahan 2019, inovasi pelayanan transportasi umum digagas Pemkot Surakarta. Angkutan pengumpan (feeder) Batik Solo Trans (BST) yang tengah lesu lantaran digempur pesaing berbasis aplikasi daring, disasar sebagai sasarannya.
Akuisisi berkonsep buying the service pun disiapkan. Pembelian layanan moda transportasi massal itu dianggap solusi, guna menyiasati terus menurunnya tingkat keterisian (load factor) feeder BST.
Kini pada pengujung tahun, buying the service feeder BST siap direalisasikan. Sebanyak 20 armada bakal diujicobakan untuk melayani transportasi gratis bagi siswa-siswi SMP Negeri 3 dan SMP Negeri 18. Pembelian layanan dilakukan Pemkot dengan menyediakan anggaran operasional feeder-feeder tersebut selama setahun.
“Angkutan sekolah gratis itu akan mengantar dan menjemput siswa dari lokasi sekolah lama ke lokasi baru,” kata Wali Kota FX Hadi Rudyatmo.
Dipilihnya kedua SMP tersebut, lanjut Wali Kota, dilatarbelakangi keputusan Pemkot untuk merelokasi bangunan masing-masing sekolah.
“SMP 3 akan dipindahkan dari kawasan Mangkunegaran ke Karangasem, lalu SMP 18 yang bangunannya mau ambruk nantinya menempati bangunan SMP 3 untuk sementara. Kami baru berencana membangun ulang SMP 18 pada 2020. Kalau SMP 18 sudah selesai diperbaiki, siswanya kembali menempati bangunan tersebut.”
Sebanyak 20 unit feeder BST hasil pengadaan tahun ini yang dibiayai APBD, disiapkan Pemkot guna melayani angkutan sekolah gratis tersebut. Sesuai konsepnya, pengguna angkutan gratis itu tidak dikenakan biaya.
“Kami menganggarkan dana sekitar Rp 1 miliar, untuk pilot project ini. Baik untuk dana operasional kendaraan seperti pembelian bahan bakar, maupun gaji pengemudi. Pengemudinya nanti akan diisi petugas alih daya (outsourcing),” imbuh Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Transportasi Dinas Perhubungan (Dishub) M Yulianto.
Realisasi angkutan gratis khusus siswa SMP itu, menurut Wali Kota, tergantung hasil kesepakatan pengelola masing-masing sekolah dengan organisasi perangkat daerah (OPD) terkait. “Hasil rapat dengan pengelola sekolah menyepakati, angkutan gratis dimulai awal semester II tahun ajaran (TA) 2019/2020. Berarti Januari 2020,” jelas Kepala Dinas Pendidikan, Etty Retnowati.
Teknis perjalanan 20 unit feeder BST itu juga sudah dibahas. Menurut Etty, angkutan tersebut akan memulai perjalanan dari bangunan SMP 18 di Kadipiro menuju ke gedung lama SMP 3 di Timuran, pada pukul 07.00.
“Siswa SMP 18 akan turun di SMP 3, lalu feeder ganti mengantarkan siswa SMP 3 ke sekolah baru (gedung SMP 3 di Kelurahan Karangasem). Pulangnya juga demikian, dari Karangasem menuju Timuran dulu, baru ke Kadipiro.”
Saat jam pulang sekolah, feeder-feeder BST tersebut sudah siap di lokasi penjemputan pukul 14.00. “Orang tua siswa diimbau menyesuaikan jam-jam tersebut,” kata dia.
Guna mendukung pelaksanaan sistem baru pengantaran dan penjemputan siswa-siswi kedua SMP tersebut, Pemkot juga memutuskan mengundur jam masuk mereka. “Karena ini masa transisi, jam pelajaran diundur biar murid tidak telat. Biasanya jam 07.00 sudah masuk, nantinya diundur menjadi pukul 07.15 atau 07.30. Pulangnya juga diundur karena ikut menyesuaikan,” beber Etty.
Evaluasi demi evaluasi juga disiapkan Pemkot, guna menjamin efektivitas buying the service feeder BST maupun praktek pengantaran/penjemputan siswa. “Baru sebatas melayani jam sekolah reguler. Kalau siswa ada kegiatan di luar jam sekolah, seperti pelajaran tambahan atau ekstrakulikuler, memang belum diakomodasi. Biar berjalan dulu dan dievaluasi kondisinya seperti apa,” terang Etty.
Wali Kota juga mengamini rencana evaluasi tersebut. “Nanti akan dihitung minat masyarakat sejauh mana, sebelum diambil kebijakan lebih lanjut. Apalagi kalau zonasi sudah berhasil diterapkan 100 persen, bisa saja siswa-siswi tidak membutuhkan transportasi umum lagi. Sebab rumah mereka relatif dekat dengan sekolah,” jelas Rudy, demikian Wali Kota akrab disapa warganya.
Namun satu hal yang pasti, Pemkot tidak main-main dalam merealisasikan rencana ini. Selain berencana menganggarkan dana operasional feeder BST, Pemkot juga mengkhususkan peruntukkan 20 armada baru tersebut.
“Ini angkutan khusus. Kalau tidak dipakai, ya kendaraan nge-pool. Tidak bisa keluar,” tandas Yulianto.
Masyarakat pun tidak diizinkan naik moda transportasi tersebut selama beroperasi. “Ini bukan angkutan umum dalam trayek. Jalurnya hanya dari dan ke SMP Negeri 3 dan SMP Negeri 18.” (**)