Tahun lalu rencana pembangunan underpass di Jalan Transito memang menyisakan kekecewaan bagi Pemkot Surakarta. Realisasi program pendamping proyek pembangunan fly over Purwosari tersebut amburadul, lantaran anggaran yang disiapkan meleset jauh dari perkiraan.
Saat itu muncul kebutuhan tak terduga, usai Pemkot berkoordinasi dengan manajemen PT Kereta Api Indonesia (KAI) dan Kementerian Perhubungan (Kemenhub). Yakni penyediaan konstruksi penyangga rel senilai miliaran rupiah, agar perjalanan kereta api tidak terhenti selama berlangsungnya pembangunan underpass. Akhirnya proyek itu urung terealisasi sesuai jadwal.
Namun kini Pemkot bisa bernapas lega. Pun halnya dengan pengguna jalan dan warga Sondakan maupun Pajang, yang menanti adanya jalur bawah tanah itu. Sebab pembangunan proyek penghubung kedua wilayah dan jalur alternatif penyeberangan rel tersebut mulai disiapkan kontraktor rekanan Pemkot.
“Saat ini sudah mulai persiapan pekerjaan inti. Pelaksana proyek masih berkonsentrasi memasang rel bendel dan struktur baja, sebagai penguat sisi-sisi rel. Sesudah itu baru pengambilan bebatuan di bawah rel dan pengerukan tanah,” beber Kepala Seksi (Kasi) Pembangunan Jalan dan Jembatan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Joko Supriyanto.
Seluruh pekerjaan itu, imbuh Joko, merupakan pendahuluan sebelum kontraktor melaksanakan pekerjaan inti yaitu pembangunan underpass. “Jadi selama pengerjaan konstruksi inti berlangsung, pergerakan kereta api tidak banyak terganggu.”
Kemudahan untuk menyeberangi rel ganda Solo-Yogyakarta, yang selama ini dipadati lalu-lintas kereta pun mulai terbayang jelas. Jika skenario Pemkot berjalan lancar, maka akhir tahun ini underpass itu bisa dilalui pengendara motor, sepeda dan kendaraan tidak bermotor lain, maupun pejalan kaki.
Underpass baru tersebut tentunya mampu mengurangi potensi kemacetan di fly over Purwosari, yang menjadi jalur utama penyeberangan perlintasan Purwosari. “Yang kami prioritaskan untuk pembangunan ini adalah penguatan rel, pembuatan terowongan, pengerasan jalan, serta pembuatan rumah pompa. Pompa itu adalah permintaan kementerian, agar underpass tidak tergenang air saat hujan,” papar Joko.
Sisanya yakni pemasangan rambu, pengaspalan jalan, pembuatan markah dan pemasangan pelindung ram akan menyusul. “Kami menyesuaikan ketersediaan anggaran.”
Ya, sekalipun terlihat mulus, namun realisasi pembangunan underpass itu memang menyisakan persoalan. Lantaran berlangsung di tengah mewabahnya Covid-19 dan rasionalisasi APBD untuk mendanai program penanganan corona, proyek tersebut sebenarnya masih terkendala pendanaan.
“Kami sudah mendesain proyek ini dalam dua tahap. Tapi pendanaan tahap pertama pun belum 100 persen. Dari kebutuhan anggaran Rp 4,7 miliar, saat ini masih kurang sekitar Rp 1,6 miliar,” ungkap Joko.
Untungnya Joko meyakinkan, jika underpass Jalan Transito tetap dapat digunakan sebagai jalur penyeberangan pada akhir tahun ini. Setidaknya dua skenario telah disusun, seiring rencana pengusulan permohonan dana tambahan dalam pembahasan APBD Perubahan 2020.
“Kalau permohonan penambahan dananya disetujui, maka underpass bisa berstatus dibuka atau dioperasionalkan. Tapi kalau tidak, ya sebatas fungsional saja dulu,” tegas Joko.
Artinya skenario terburuk adalah pengguna jalan harus melalui underpass itu dengan kondisi jalur yang baru diperkeras, tanpa dilapisi aspal. “Juga belum dilengkapi rambu dan markah. Ram di akses keluar masuk underpass juga belum dipasang pelindung.”
Namun terlepas dari skenario yang akan terwujud, underpass Jalan Transito dipastikan sudah bisa dilalui pada akhir tahun ini. Jika demikian, maka akses warga dan pengguna jalan di Sondakan dan Pajang kian terbuka lebar.
Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Hari Prihatno berharap, underpass Jalan Transito bisa memudahkan pengendara motor dan kendaraan tidak bermotor dalam menyeberangi rel dan mengakses kedua wilayah tersebut. “Saat ini mereka harus memutar ke underpass Makamhaji atau perlintasan sebidang Pasar Nongko, karena perlintasan Purwosari ditutup untuk pembangunan fly over. Nantinya fly over itu juga dikhususkan bagi kendaraan bermotor saja. Jika tidak ada underpass, maka jalur mereka jadi memutar terlalu jauh,” terang dia dalam kesempatan terpisah. (**)