Fasilitas layanan kesehatan (fasyankes) bisa jadi menjadi fasilitas publik terpenting, saat pandemi virus corona (Covid019) seperti saat ini. Keinginan masyarakat untuk tetap sehat menjadikan fasyankes berpotensi menjadi jujugan mereka, jika mengalami gangguan kesehatan.
Sejak awal pemberlakuan kejadian luar biasa (KLB) di Kota Solo, pada pertengahan Maret, Pemkot Surakarta menyadari sepenuhnya akan hal ini. Baik rumah sakit umum daerah (RSUD) maupun puskesmas yang dikelolanya, telah disiapkan guna mendukung peningkatan kesehatan masyarakat.
“Saat Covid-19 baru mewabah di Wuhan, akhir tahun lalu, kami sudah menyiapkan petugas puskesmas untuk menyosialisasikan potensi penularan virus tersebut. Saat itu masih sebatas upaya promotif dan preventif. Seperti rajin cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, atau mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang,” ungkap Kepala Dinas Kesehatan, Siti Wahyuningsih.
Seiring terkonfirmasinya warga Kota Bengawan oleh pemerintah pusat sebagai pasien positif Covid-19, sesaat sebelum pemberlakuan KLB Corona, Pemkot pun mulai menata ulang manajemen pelayanan fasyankes miliknya. “Kami sudah tidak lagi bicara pencegahan, melainkan harus meluas kepada pemutusan mata rantai penyebaran virus,” tandas Ning, demikian ia akrab disapa.
Di RSUD Surakarta dan RSUD Bung Karno, protokol penanganan pasien saat pandemi pun diterapkan. Pun halnya dengan puskesmas, sebagai fasyankes terdepan yang bersentuhan langsung dengan masyarakat di berbagai wilayah.
Peralatan mencuci tangan maupun hand sanitizer sejak saat itu jamak dijumpai di dekat pintu masuk puskesmas. Demikan juga dengan termometer infra merah, sebagai alat pengukur suhu badan calon pasien.
“Jadi pasien yang suhu tubuhnya di atas normal, misalnya 38 derajat celcius, kami tempatkan di lokasi screening tersendiri. Kalau masih normal, bisa melanjutkan ke loket pendaftaran.”
Hari demi hari, prosedur pelayanan calon pasien di puskesmas terus direvisi. Calon pasien lanjut usia (lansia) diberi keistimewaan oleh Pemkot, manakala berobat ke fasyankes tersebut.
“Mereka diprioritaskan untuk mendapatkan pelayanan khusus. Jadi pasien cukup duduk, lalu petugas yang akan bergerak mengurusi semua tahapan pelayanan. Mulai pendaftaran di loket, hingga pengambilan obat,” beber Ning.
Jikalau berpindah tempat, imbuh dia, pasien lansia hanya perlu bergeser dari kursi ruang tunggu menuju ruang periksa. Demikian pula sebaliknya, saat pasien tersebut selesai mendapatkan pemeriksaan medis.
Terdapat alasan khusus atas pemberian kemudahan itu. Para lansia merupakan salah satu kelompok risiko tinggi (risti) terpapar Covid-19, mengingat sistem kekebalan tubuh mereka tak lagi sekuat kelompok umur di bawahnya.
“Jadi pasien lansia tidak lagi wira-wiri ke sana ke mari. Nanti malah kecapekan atau berbaur dengan pasien lain,” kata dia.
Penambahan jumlah obat yang diberikan kepada pasien penyakit tertentu, juga menjadi penyesuaian lain yang dilakukan Pemkot semasa KLB Corona. Ning menjelaskan, pengidap diabetes, hipertensi, serta penyakit lain yang rutin kontrol di puskesmas kini dipersilakan mengkonsumsi obat dari dokter di rumah masing-masing dengan lebih sering.
“Obat yang biasanya diberikan seminggu sekali, sekarang ditambah menjadi dua minggu. Bahkan bila perlu sampai sebulan. Dengan demikian mereka tidak sering-sering pergi meninggalkan rumah untuk kontrol dokter. Prinsipnya, kami ingin mengurangi pasien dan masyarakat keluar rumah selama pandemi,” paparnya.
Sementara itu Pemkot kembali memperpanjang pemberlakuan status KLB Corona, hingga 29 Mei. Keputusan ini diambil dengan mempertimbangkan potensi penyebaran Covid-19, serta perkembangan pasien yang terpapar virus menular tersebut.
“Siswa-siswi tetap belajar di rumah dulu. Kami juga minta agar masyarakat meningkatkan pengamanan, dengan menyelenggarakan ronda bersama-sama. Ini dilakukan untuk mengantisipasi tindak kejahatan,” kata Wali Kota FX Hadi Rudyatmo. (**)