Proyek pembangunan fly over Purwosari tengah disiapkan pemerintah pusat. Jalan layang senilai lebih dari Rp 104 miliar itu akan membentang dari sisi timur pertigaan Kerten hingga sisi barat perempatan Purwosari.
Meski struktur utama fly over hanya berkisar 198 meter, namun secara keseluruhan total panjang area penanganan adalah 2.375 meter. Itu terhitung mulai Kleco hingga Purwosari.
Berbagai fasilitas di sekitar perlintasan sebidang Purwosari jelas akan terdampak pelaksanaan proyek. Sebutlah jaringan utilitas milik PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), halte Batik Solo Trans (BST), lampu penerangan jalan umum (PJU), hingga pohon peneduh di tepi ruas jalan utama Kota Solo tersebut.
Masalah pun mencuat tatkala hasil pendataan Pemkot Surakarta menunjukkan jika di lokasi proyek terdapat 377 pohon yang terdiri dari 30 jenis. Mulai angsana, asam kranji, beringin, akasia dan bermacam vegetasi lainnya.
Satker Pelaksanaan Jalan Nasional (PJN) Wilayah I Jateng selaku pihak yang bertanggung jawab akan pembangunan fly over Purwosari, mengaku jika penanganan pohon-pohon tersebut harus dipikirkan matang-matang. Sebab jika pohon itu ditebang, penggantian tanaman tersebut sesuai regulasi tidak termasuk dalam kontrak kerja antara satker dan penyedia jasa.
Padahal merujuk Pasal 56 Peraturan Daerah (Perda) Nomor 56 Tahun 2015 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, setiap penebangan pohon atau tanaman di hutan kota, jalur hijau, taman kota, resapan air maupun daerah sempadan harus diganti dengan minimal 10 kali jumlah vegetasi tersebut.
Pendeknya, satu pohon diganti 10 pohon baru. Jika dikalkulasi, seandainya 377 pohon itu ditebang maka harus ada penanaman 3.770 tanaman pengganti.
Untungnya Pemkot tak habis akal. “Kami tidak akan meminta anggaran dari pelaksana proyek. Pohon-pohon itu akan digeser, sehingga tidak perlu ditebang,” tegas Wali Kota FX Hadi Rudyatmo, di sela-sela rapat koordinasi pembangunan fly over di Loji Gandrung, awal bulan ini.
Dengan dipindahkan, maka Pemkot tidak perlu menanam ulang ribuan pohon pengganti. “Nanti akan dirempel dan disemai dulu di kebun bibit Dinas Lingkungan Hidup (DLH). Kalau sudah siap ditanam kembali, ya tinggal ditanam di lokasi baru.”
Jalan Slamet Riyadi di sisi timur persimpangan Purwosari, sekolah-sekolah, kantor-kantor Pemkot, bantaran sungai hingga kawasan Jurug dibidik Pemkot sebagai titik relokasi pohon-pohon tersebut. “Kami pakai jack hammer dan ekskavator, untuk mengangkat pohon beserta akarnya,” tegas Wali Kota.
Kepala DLH Gatot Sutanto menerangkan, perempelan batang pohon dimaksudkan guna memudahkan proses pemindahan tanaman tersebut dari lokasi eksisting ke kebun bibit DLH. Kebun tersebut terletak di kawasan Balekambang.
“Pemangkasan juga dimaksudkan agar cadangan makanannya tidak cepat habis. Di lokasi adaptasi, akarnya juga akan diolesi hormon penumbuh akar dan dirawat tenanan. Ada petugas yang khusus merawatnya,” terang dia.
Pemindahan 377 pohon itu diharapkan selesai akhir Januari atau awal Februari. Sesuai jadwal yang disusun pelaksana proyek, bulan pertama tahun ini merupakan tahap penyiapan lokasi pembangunan fly over. Relokasi pohon-pohon tersebut merupakan satu diantaranya.
“Perempelannya sudah berjalan beberapa hari terakhir. Vegetasi yang kecil-kecil sebagian sudah pindah ke kebun bibit,” kata Gatot. (**)