Setup Menus in Admin Panel

Klewer Timur, Mimpi yang Hampir Terwujud

Realisasi pembangunan ulang Pasar Klewer sisi timur memang tidak mudah. Pemkot Surakarta pernah menelan pil pahit, manakala tender proyek revitalisasi pasar tersebut gagal dituntaskan pada 2017. Padahal para pedagang terlanjur dipindahkan ke pasar darurat dan bangunan lama sudah dirobohkan.
Komunikasi demi komunikasi dengan pemerintah pusat pun diintensifkan Pemkot sejak saat itu. Tujuannya agar Pasar Klewer bisa segera direvitalisasi dan kios pedagang bisa kembali ditempati.
Hingga akhirnya, dua bulan lalu Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PUPR) menyelenggarakan lelang proyek tersebut. Kali ini tender proyek senilai hampir Rp 60 miliar itu berhasil menggaet rekanan penyedia jasa.

“Kami targetkan pembangunan bisa dimulai akhir Desember. Tinggal beberapa hal yang perlu dimatangkan dan dikoordinasikan. Jadi kami perlu waktu, sebelum action (memulai pekerjaan),” ungkap Kepala Satuan Kerja (Satker) Pelaksanaan Prasarana Permukiman Wilayah II Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) Jawa Tengah, Endra Bekti Nusantara.

Pernyataan itu disampaikan Endra usai sosialisasi pembangunan Pasar Klewer sisi timur di Balai Kota, akhir November. Dalam sosialisasi tersebut, ratusan pedagang memperoleh pemaparan terkait desain dan gambaran umum pelaksanaan revitalisasi.

Endra menerangkan, merujuk kontrak kerja yang ditandatangani pemerintah dan kontraktor, revitalisasi Pasar Klewer sisi timur berlangsung selama 240 hari. Penghitungannya dimulai saat penandatanganan kontrak pada 26 November.

“Kira-kira berlangsung selama delapan bulan, atau akhir Juli sudah selesai. Kami akui, waktu pengerjaan selama delapan bulan ini terhitung mepet. Tapi karena Pemkot Surakarta sudah menyewa alun-alun untuk pasar darurat, jadi proyek ini harus dikerjakan dengan cepat,” imbuh Endra.
Perwakilan PT Wisana Matrakarya selaku pemenang lelang proyek revitalisasi Pasar Klewer sisi timur, Kusworo, juga meyakinkan bahwa pelaksanaan revitalisasi tinggal selangkah lagi.
“Waktu pelaksanaan sudah makin jelas dan sekarang sudah jelas. Harus dimulai sejak penandatanganan kontrak. Tapi kami masih harus melalui pre construction meeting (PCM) dengan stakeholder, agar ke depannya lancar,” tegasnya.
Kementerian terkait, Pemkot Surakarta, kepolisian, hingga Tim Pengawal dan Pengaman Pemerintah dan Pembangunan Daerah (TP4D), disebut Kusworo, perlu dilibatkan dalam PCM tersebut.
Beberapa detil terkait teknis pelaksanaan revitalisasi, seperti lalu-lintas alat berat dan kendaraan proyek maupun distribusi material, adalah poin-poin pembahasan dalam PCM tersebut.
“Secara umum dari aspek bangunan tidak ada yang rumit. Tapi berkaitan dengan musim hujan, nantinya penyedia jasa harus menggali tanah sedalam 5,5 meter (untuk pembangunan basement) dan informasinya muka air tanah di wilayah Klewer tinggi. Ada potensi lumpur yang tercecer dari kendaraan-kendaraan pengangkut dan yang harus diantisipasi,” beber Endra Bekti Nusantara.
Untungnya berdasarkan survei awal rekanan penyedia jasa, ketersediaan air tanah di lokasi proyek relatif memadai. “Air di sekitar Pasar Klewer bagus. Untuk mencuci mobil (kendaraan yang akan keluar dari lokasi proyek) sepertinya tidak akan kekurangan. Kami tinggal mengusahakan car wash dengan alat yang memadai,” terang Kusworo.
Pemkot pun menanti PCM, sebagai tahap akhir persiapan proyek tersebut. “Kami sudah menyiapkan sejumlah catatan kepada penyedia jasa. Misalnya lokasi pembuangan tanah urugan diarahkan ke lahan Perumda Pergudangan dan Aneka Usaha (PAU) Pedaringan, tanah-tanah yang dibersihkan dari kendaraan proyek jangan sampai menimbun drainase, sampai opsi penyediaan lahan parkir tambahan bagi kendaraan proyek. Kalau sudah ada persiapan hal-hal teknis semacam itu, diharapankan kontraktor lebih cepat memulai revitalisasi Pasar Klewer,” papar Kepala Dinas Perdagangan, Heru Sunardi.
Kini, pedagang berhak menyemai mimpi mereka untuk kembali berjualan di bangunan permanen. Tidak lagi terkendala keterbatasan pasar darurat, lantaran sudah menempati kios-kios yang telah lama ditinggalkan.
“Setelah sekian lama pedagang terkatung-katung, akhirnya ada kepastian dari pemerintah. Berjualan di pasar darurat memang kurang nyaman. Apalagi omsetnya juga menurun drastis,” tutur Humas Paguyuban Pedagang Pasar Klewer Timur, Tri Suwarni.  (**)
Mari Berbagi Informasi Kota Surakarta :
05/12/2019
© 2016-2021 PPID Kota Surakarta