Setup Menus in Admin Panel

Siapkan Pembangunan, Pedagang Pasar Legi Dipindahkan

Realisasi pembangunan kembali Pasar Legi yang ludes dilalap api pada akhir Oktober 2018, sudah di depan mata. Pemkot Surakarta pun melakukan sejumlah upaya, agar revitalisasi bangunan pasar induk Kota Solo itu terealisasi dengan baik.

Usai mendirikan kios dan los darurat di Jalan Sabang, Jalan Monumen 45 serta pelataran pasar , kini Pemkot harus melakukan sterilisasi lahan Pasar Legi dari aktivitas pedagang. Terutama pedagang yang masih berjualan di los darurat area pelataran dan lahan parkir.

“Pedagang akan kami pindahkan ke seputaran Monumen 45 Banjarsari (Monjari). Kios darurat akan dibangun melingkar di seberang monumen, bukan di trotoarnya. Kami juga akan berkoordinasi dengan pemilik lahan di sekitar Monjari, siapa tahu lahannya bisa dipakai sementara untuk lokasi kios darurat,” ungkap Wali Kota FX Hadi Rudyatmo.

Lahan parkir kantor Dinas Pendidikan dan bekas tempat pembuangan sementara (TPS) Setabelan yang kini menjadi taman, juga dibidik sebagai lokasi penempatan pedagang. Wali Kota yang biasa disapa Rudy ini menyebut, pemindahan pedagang ke pasar darurat “jilid dua” ini hanya berlangsung sekitar setahun.

Dalam tempo setahun itulah, diharapkan pembangunan kembali Pasar Legi bisa diselesaikan pemerintah pusat. “Karena Pasar Legi mau dibangun tetapi kami tidak punya lahan lagi di sekitarnya untuk pasar darurat, makanya lokasi-lokasi itu mau dipakai. Kami juga minta maaf kepada warga, terutama pengguna jalan dan pengunjung Monjari, jika kenyamanan mereka nantinya sedikit terganggu.”

Kepala Dinas Perdagangan Heru Sunardi menerangkan, pemindahan pedagang di sekitar bangunan lama Pasar Legi dimaksudkan untuk memuluskan pelaksanaan revitalisasi pasar tersebut. Sebelumnya sebagian pedagang di pelataran sisi selatan juga sudah digeser ke titik lain, saat pembongkaran bangunan dimulai Pemkot pada pertengahan Juni.

”Area proyek harus steril dan aktivitas di kios darurat tidak boleh mengganggu kegiatan pembangunan. Jadi pedagang harus pindah karena lingkungan Pasar Legi akan kami tutup dengan pagar,” jelas dia.

Para pedagang yang harus dipindahkan ke pasar darurat baru itu terdiri dari 155 pedagang yang berjualan di kios dan 607 pedagang oprokan. Rencananya pedagang oprokan bakal ditempatkan di bangunan serupa hanggar, yang didirikan di lahan parkir Dinas Pendidikan. Adapun kios darurat akan dibangun di seputaran Monjari.

Jumlah kios darurat yang akan dibangun Pemkot tersebut adalah 155 unit. Kios itu bakal menjadi pelengkap 105 kios darurat yang sudah didirikan di beberapa ruas jalan sekitar Pasar Legi pada tahun lalu. “Lahan di sekitar Monjari cukup untuk membangun kios. Ukurannya kan hanya 3 meter x 2 meter,” tegas Rudy.

Kas daerah sekitar Rp 2 miliar siap dikucurkan Pemkot, agar pendirian kios dan los darurat itu bisa terlaksana. “Rencananya Agustus kami akan lelang. Pembangunannya bisa dimulai September,” kata Heru.

Wali Kota pun menjamin, lokasi pasar darurat akan dikembalikan seperti semula manakala revitalisasi Pasar Legi telah usai dan pedagang kembali menempati bangunan pasar permanen. Fasilitas pedestrian pun tidak dialihfungsikan sebagai lokasi kios darurat, agar pejalan kaki masih bisa mendapatkan hak mereka.

“Jadi kami juga meminta pedagang untuk memanfaatkan pasar darurat itu. Percuma dibangunkan kalau akhirnya tidak dipakai. Kalau mampu menyewa tempat lain ya seharusnya ngomong sejak awal, jadi kami tidak perlu membuatkan pasar darurat,” tegas Rudy.

Soal rencana pembangunan ulang Pasar Legi, Pemkot pun terus berkomunikasi dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemenpupera). “Berdasarkan koordinasi awal dengan Kemenpupera, rencananya revitalisasi Pasar Legi sudah dilelang Desember. Anggarannya dari kementerian,” papar Heru.

Koordinasi kedua pihak, imbuh Heru, terus diintensifkan agar revitalisasi bisa berlangsung secepatnya. “Anggaran yang disediakan sekitar Rp 150 miliar. Itu didasarkan analisa kementerian,” katanya. (**)

Mari Berbagi Informasi Kota Surakarta :
03/08/2019
© 2016-2021 PPID Kota Surakarta