Lama dinanti, kini realisasi pembangunan fly over Purwosari sudah di depan mata. Dalam hitungan hari, berbagai aktivitas pembangunan jalan layang di perlintasan Jalan Slamet Riyadi tersebut bakal menjadi pemandangan rutin hingga akhir tahun ini.
Secara resmi, pelaksanaan proyek pendirian fly over senilai Rp 104 miliar itu sudah dimulai Rabu (9/1). Diawali penandatanganan kontrak kerjasama antara PT Wijaya Karya (Wika) selaku penyedia jasa dan Satker Pelaksanaan Jalan Nasional (PJN) Wilayah I Jateng selaku perwakilan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) di Loji Gandrung, proyek itu ditarget selesai berselang 348 hari sesudahnya.
“Sebulan pertama sampai minggu pertama Februari, kami akan fokus membenahi area struktur fly over. Mulai simpang tiga Kerten sampai simpang Purwosari,” ungkap Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) 1.6 Satker Pelaksanaan Jalan Nasional (PJN) Wilayah I Jateng, Alik Mustakim.
Masa persiapan itu, imbuh dia, akan difokuskan kepada tiga hal. Yakni penanganan 377 pohon peneduh, pemindahan utilitas di sekitar lokasi proyek, serta pemindahan utilitas yang melintas di atas rel kereta api.
“Dalam waktu sebulan harus selesai, karena awal Februari alat berat sudah mulai didatangkan ke lokasi. Kemudian kami akan memulai pekerjaan bore pile serta menutup perlintasan sebidang per 4 Februari.”
Rencana penutupan perlintasan sebidang itu jelas mengembalikan memori masyarakat. Hampir dua tahun lalu, penutupan perlintasan sebidang juga berlangsung di Jalan Dr Moewardi guna mendukung pembangunan overpass Manahan. Saat itu para pengendara harus berusaha keras membiasakan diri dengan rute-rute pengalihan, lantaran perlintasan tersebut ditutup total.
Untungnya, kali ini ada perbedaan mendasar antara proses pembangunan overpass dan fly over. Pelaksana proyek masih menyisakan ruang bagi pengendara untuk melintas di lokasi pembangunan, sekalipun tidak bisa menyeberangi rel dari arah barat ke timur atau sebaliknya.
“Ada lima tahapan manajemen rekayasa lalu lintas (MRLL) yang diberlakukan di lokasi proyek. Kelimanya menyesuaikan titik dan tahap pelaksanaan pembangunan,” beber Alik.
Fakta ini cukup melegakan. Sebab di sekitar perlintasan sebidang Purwosari terdapat berbagai fasilitas publik. Mulai sekolah, pasar tradisional, kantor hingga tempat usaha. “Tapi perlu dicatat, akan ada pelambatan arus karena penyempitan badan jalan,” imbuh Alik.
Pemkot pun memilih menyesuaikan rancangan MRLL yang disodorkan tim pelaksana pembangunan, agar proyek tersebut bisa selesai tepat waktu pada 20 Desember.
“MRLL sudah kami susun sesuai tahapan proyek dan mengikuti MRLL yang disiapkan pelaksana,” kata Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Hari Prihatno.
Skenario pengalihan arus itu, lanjut Hari, akan mengakomodasi kendaraan yang melintas di berbagai ruas jalan Kota Bengawan. Terutama kendaraan yang masuk dari arah selatan, barat dan timur.
“Untuk bus Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) dari Sukoharjo/Wonogiri yang akan masuk ke Terminal Tirtonadi, akan dialihkan lewat Gemblegan-Jalan Veteran-Patung Tipes-Jalan Honggowongso-Jalan Gajahmada-Jalan S Parman. Kami imbau kendaraan pribadi menghindari Jalan S Parman, sebab akan menjadi jalur bus keluar masuk terminal dari arah selatan dan timur. Selain itu juga ada perlintasan sebidang yang sering ditutup akibat tingginya frekuensi perjalanan kereta api,” beber Hari.
Arus kendaraan di sejumlah ruas jalan sekitar lokasi proyek, juga akan diberlakukan dua arah. “Jalan Perintis Kemerdekaan dan Jalan Agus Salim dibuat dua arah, jika dibutuhkan.”
Pemkot pun meminta warga maupun pengendara memaklumi kepadatan ruas-ruas jalan, yang akan timbul selama berlangsungnya proyek. Sedikitnya lima lokasi diprediksi menjadi titik keruwetan lalu lintas tersebut. Yakni simpang Faroka, simpang Kerten, bundaran Tugu Wisnu, perlintasan sebidang Pasar Nongko, serta Jalan S Parman.
“Dampaknya memang lebih luas dibandingkan saat pembangunan overpass Manahan,” tegas Hari.
Koordinasi dengan pengambil kebijakan kabupaten tetangga pun dilakukan Pemkot, guna mendukung MRLL tersebut. “Yang paling penting untuk diantisipasi adalah kendaraan berat dari Sukoharjo, yang tidak bisa melintasi Purwosari selama pembangunan fly over. Harus dicarikan jalur alternatifnya,” beber dia.
Satlantas Polresta Sukoharjo pun memilih jalan di Baki-Daleman-Pakis (Sukoharjo), serta Jalan Slamet Riyadi (Makamhaji, Sukoharjo) sebagai jalur pengalihan kendaraan dari Wonogiri/Sukoharjo menuju barat (Jakarta/Semarang) dan kawasan utara Kota Solo.
“Rute angkutan berat sumbu tiga ke atas dan bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) akan dialihkan ke simpang SFA-Langenharjo-Dlopo-Baki-Pakis ke arah Klaten. Di beberapa jalur kalau perlu akan dibuat satu arah,” terang Kasatlantas Polresta Sukoharjo AKP Marwanto, saat meninjau lokasi pembangunan fly over.
Pemilihan rute tersebut diharapkan bisa memecah potensi kepadatan akibat limpahan kendaraan berat di Jalan Slamet Riyadi Makamhaji. “Yang lewat Makamhaji nanti hanya mobil pribadi dan sebagian truk yang mengarah ke Semarang. Arus lalu lintas itu diharapkan tidak terfokus di satu titik, sehingga kalau ada kepadatan tidak stuck.”
Guna mengakomodasi kendaraan yang ingin berputar balik dari Makamhaji ke arah timur (Solo), Satlantas mempersilakan pengendara menggunakan persimpangan Gembongan sebagai titik putar arah.
“Jalan penghubung Jalan Slamet Riyadi dan Gembongan akan diterapkan arus searah, untuk memprioritaskan kendaraan yang akan menuju ke Solo. Baik dari arah barat atau timur,” jelas dia. (**)