Setup Menus in Admin Panel

Bersepeda Kini Tak Bisa Seenaknya

Jika Anda berkendara di jalan raya, hampir bisa dipastikan Anda akan berjumpa dengan para pesepeda. Baik rombongan dalam jumlah kecil dan bisa dihitung jari, maupun pesepeda yang beriringan dalam jumlah relatif banyak.

Entah siapa yang mempopulerkan aktivitas bersepeda di kala pandemi Covid-19 tersebut. Yang jelas fakta lapangan itu seolah tak terbantahkan, termasuk di jalan-jalan Kota Bengawan.

Boleh jadi maraknya aktivitas bersepeda erat kaitannya dengan usaha meningkatkan imun tubuh. Siapapun tahu jika sejak virus corona mewabah di Indonesia, seruan untuk menjaga kesehatan dan sistem kekebalan tubuh terus dilontarkan pemerintah dan ahli kesehatan, agar masyarakat bisa menekan dampak buruk paparan Covid-19.

Namun aktivitas para pesepeda itu ternyata menyimpan ekses negatif. Jauh-jauh hari Pemkot Surakarta telah berkoordinasi dengan sejumlah pemangku kepentingan terkait, mulai aparat kepolisian, Satpol PP dan komunitas pesepeda, agar kegiatan mengayuh pedal itu tak menimbulkan kerumunan massa. Sebab jamak diketahui, kerumunan massa berbanding lurus dengan potensi penularan Covid-19.

“Prinsipnya kami tidak melarang aktivitas bersepeda, karena itu hak masyarakat. Hanya saja pelaksanaannya harus diperhatikan betul, karena saat ini masih masa pandemi,” tegas Kepala Bidang (Kabid) Lalu Lintas Dinas Perhubungan (Dishub) Surakarta, Ari Wibowo.

Seiring bertambahnya antusiasme khalayak dalam bersepeda, Pemkot pun memutuskan untuk meningkatkan pengawasan. Tidak hanya pagi dan siang hari, petugas Dishub beserta kepolisian mulai menggencarkan patroli malam hari. Apalagi sebagian kalangan mengeluhkan keberadaan pesepeda yang kerap nongkrong di beberapa sudut kota.

Jalan Slamet Riyadi, Jalan Adisucipto, Jalan Gatot Subroto, Jalan Dr Radjiman, Jalan Jenderal Sudirman, Jalan Urip Sumoharjo dan sejumlah ruas jalan lain yang rutin dilalui rombongan pesepeda, menjadi sasaran pemantauan tersebut.

“Aktivitas bersepeda malam hari memang menjadi fokus perhatian kami. Sebab jumlahnya jauh lebih banyak dibanding pagi, siang maupun sore hari.”

Tidak sebatas mengimbau agar tak bergerombol, petugas pun menyiapkan masker guna dibagikan kepada para pesepeda yang tidak menutupi mulut dan hidung mereka. Sebab masker memang menjadi sarana ampuh dalam mencegah penularan Covid-19.

“Yang juga menjadi perhatian kami adalah, keberadaan para pesepeda yang melewati jalur cepat. Ini bisa mengganggu pengguna jalan lain, khususnya pengendara kendaraan bermotor,” jelas Ari.

Bahkan, imbuhnya, beberapa oknum pesepeda dikeluhkan pengendara menerobos lampu merah dan melewati rute yang bukan diperuntukkan bagi mereka. “Beberapa kali ada laporan kalau pesepeda melewati overpass Manahan pada malam hari. Ini jelas berbahaya, karena jalur itu tidak difungsikan sebagai jalur kendaraan tidak bermotor,” tandasnya.

Dishub pun akhirnya memilih menempatkan petugas lapangan, untuk mengawasi setiap akses masuk overpass. “Nanti akan kami pertegas dengan pemasangan rambu larangan,” terang Ari.

Ari memaparkan pelaksanaan operasi simpatik tersebut dimaksudkan agar Peraturan Wali Kota (Perwali) Nomor 10 Tahun 2020 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Penanganan Corona Virus Disease 2019 di Kota Surakarta serta Surat Edaran (SE) Wali Kota Surakarta Nomor 067/1078 Tentang Pedoman Teknis Pelaksanaan Penanganan Corona Virus Disease (Covid-19) di Kota Surakarta, bisa berjalan optimal.

“Razia ini masih sebatas imbauan dan mengedukasi masyarakat. Dalam Perwali juga jelas bahwa kegiatan mengumpulkan massa dan berkerumun tidak diperbolehkan,” kata dia.

Wali Kota FX Hadi Rudyatmo pun mengimbau masyarakat menunda keinginan untuk gowes secara massal. Imbauan itu diserukannya mengingat Solo masih belum bebas dari wabah corona.

“Bukan bersepedanya yang dilarang, bergerombolnya itu lho yang tidak boleh. Mendingan di rumah dulu saja untuk sementara waktu, daripada bergerombol,” tandas Wali Kota. (**)

15/06/2020
© 2016-2021 PPID Kota Surakarta