Setup Menus in Admin Panel

Gotong-royong untuk TSTJ

Pandemi virus corona (Covid-19) berdampak luas. Tidak hanya berpengaruh terhadap kehidupan manusia, satwa-satwa pun ikut terkena getahnya.

Sebut saja puluhan jenis fauna koleksi Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ), sebagai contohnya. Di lokasi konservasi milik Pemkot Surakarta tersebut, kecukupan pangan hewan terancam. Penyebabnya adalah berkurangnya pemasukan manajemen akibat dihentikannya penjualan tiket pengunjung taman satwa tersebut, sejak diberlakukannya status Kejadian Luar Biasa (KLB) Corona di Kota Solo pada pertengahan Maret.

Alasan penutupan TSTJ bagi pengunjung memang masuk akal. Kehadiran mereka menimbulkan kerumunan massa, yang berpotensi menjadi media penularan Covid-19.

“Tidak bisa dipungkiri, tiket pengunjung memang menjadi salah satu pemasukan terbesar bagi kami. Apalagi saat-saat liburan Lebaran, di mana setiap pekan pendapatan dari tiket bisa mencapai Rp 1,6 miliar,” tutur Direktur Utama (Dirut) Perusahaan Umum Daerah (Perusda) TSTJ, Bimo Wahyu Widodo Dasir Santoso.

Uang penjualan tiket tersebut, salah satunya dimanfaatkan manajemen untuk membeli pakan tak kurang 400 ekor satwa koleksi TSTJ. “Dalam sebulan kebutuhan pakan itu berkisar Rp 120 juta. Sejak penjualan tiket masuk bagi pengunjung dihentikan, kami mendapatkan subsidi dari Pemkot Surakarta sebesar Rp 100 juta per bulan terhitung Mei-Juli. Sisanya kami tomboki.”

Sayangnya tambahan dana yang diupayakan manajemen tersebut, imbuh Bimo, diprediksi juga hanya bisa bertahan hingga Juli. Lagi-lagi penyebabnya adalah menurun drastisnya pemasukan, akibat tidak adanya tiket yang terjual.

Manajemen pun memutar otak. Salah satu terobosan yang akhirnya mereka cetuskan, guna memenuhi kesejahteraan hewan adalah adopsi satwa.

“Program ini sebenarnya sudah ada sejak 2015. Tapi saat ini kami luncurkan kembali,” terang Bimo.

Dalam pelaksanaannya, adopsi satwa diperuntukkan bagi masyarakat yang hendak menyokong pengadaan makanan hewan. “Tapi bukan berarti warga bisa membawa pulang satwa TSTJ. Melainkan hanya memberikan donasi berupa pakan atau dalam bentuk lain. Termasuk uang tunai,” ungkap Bimo.

Jika donatur memilih menyumbang bahan makanan, maka pakan tersebut bisa disesuaikan dengan jenis satwa yang mereka pilih. “Untuk uang tunai, saat ini sedang kami koordinasikan dengan Pemkot Surakarta,” imbuh dia.

Bimo menjelaskan, tidak ada ketentuan khusus bagi calon pengadopsi yang ingin mendonasikan uang mereka. “Nilainya semampunya saja. Kami tidak mewajibkan jumlahnya harus sekian,” tegasnya.

Program adopsi satwa tersebut diharapkan manajemen bisa menopang kelestarian fauna koleksi TSTJ. Di sisi lain, meski kelangsungan hidup satwa-satwa itu bisa jadi akan bergantung terhadap uluran tangan donatur, manajemen memastikan jika kesehatan hewan-hewan itu tetap terjaga hingga kini.

“Sampai sekarang kami tetap melakukan perawatan satwa, pembersihan kandang, hingga pembenahan bagian-bagian kandang yang rusak,” tandas Bimo.

Kurator TSTJ, Ontowiryo, menerangkan jika kondisi satwa-satwa TSTJ saat ini masih dalam kondisi baik. Ia memastikan, porsi makanan hewan di kebun binatang tersebut tidak ada yang dikurangi.

“Kecuali terkait puasa hewan yang selama ini sudah dilakukan secara rutin. Puasa itu diterapkan kepada hewan karnivora, seperti singa dan harimau, setiap Rabu dan Sabtu,” terang dia.

Menurut Ontowiryo, puasa juga tidak diartikan menghentikan pasokan makanan bagi hewan tersebut. Ini hanya dimaksudkan untuk menghindarkan hewan-hewan tersebut dari kegemukan atau obesitas.

“Hanya dikurangi jatahnya. Jika biasanya butuh makanan 4-5 kg per ekor, kami kurangi menjadi 1 kg. Tapi setiap Sabtu pakan-nya ditambah tulang iga sapi, untuk mengikis karang gigi.”

Selama tidak berinteraksi dengan pengunjung, fauna koleksi TSTJ pun disebut Ontowiryo tidak stres. “Tingkah lakunya jadi lebih tenang,” kata dia.

Beberapa satwa juga beranak, selama kebun binatang ditutup untuk umum. Diantaranya unta, rusa dan wallaby.

Sementara itu Wali Kota FX Hadi Rudyatmo ikut mendorong partisipasi masyarakat, dalam pemeliharaan satwa TSTJ selama pandemi. “Kalau ada donatur atau relawan yang ingin menyumbang uang tunai, kami akan salurkan untuk TSTJ,” tegasnya.

Menurut Wali Kota, selama ini Pemkot mengambil alokasi dana bantuan pengadaan pangan hewan sebesar Rp 100 juta per bulan dari anggaran penanganan Covid-19. “Bantuan itu kami berikan karena sejak KLB TSTJ tdiak menerima pengunjung. Otomatis direksi tidak ada pemasukan.” (**)

Mari Berbagi Informasi Kota Surakarta :
08/05/2020
© 2016-2021 PPID Kota Surakarta