Setup Menus in Admin Panel

Sapi Ketawa Mendata Kesehatan Satwa Kota

Kekhawatiran akan merebaknya rabies pernah mengemuka di Kota Solo, pada tahun lalu. Dipicu maraknya peredaran daging anjing yang diolah menjadi aneka jenis masakan, pemerhati kesejahteraan hewan menyoroti banyaknya hewan yang didatangkan dari luar daerah setiap hari demi terpenuhinya permintaan peminat kuliner khusus tersebut.

Pemkot Surakarta pun menanggapi kekhawatiran itu dengan positif. Komunikasi intensif dengan para pelaku usaha kuliner berbahan daging mamalia tersebut mulai dilakukan Pemkot, agar dampak buruk akibat konsumsi “sate jamu” itu bisa dihilangkan secara bertahap. Tentunya tanpa menyisakan masalah baru, akibat simbiosis mutualisme yang terjadi antara pelaku usaha dan para konsumennya.

“Prinsipnya kami pelan-pelan mengusahakan agar pemilik warung daging anjing ini bisa beralih profesi. Penutupan warung dan pelarangan konsumsi daging anjing itu bukan satu-satunya solusi, karena bisa-bisa malah menimbulkan pengangguran. Sebab tidak sedikit warga yang menggantungkan hidupnya dari usaha ini,” terang Wali Kota FX Hadi Rudyatmo.

klik gambar untuk menuju aplikasi SapiKetawa

Namun sembari terus mencari penyelesaian yang jitu, Pemkot ternyata tidak tinggal diam mengantisipasi penyebaran penyakit yang disebarkan satwa peliharaan itu. Sebagai langkah awal, Pemkot memutuskan untuk mendata seluruh anjing di Kota Bengawan sebagai bentuk pengendalian Penyakit Hewan Menular Strategis dan Zoonosis (PHMSZ), khususnya rabies.

Mekanisme pendataan dipermudah, karena berbasis teknologi. Pemilik anjing dipersilakan mendaftarkan satwa kesayangan mereka, melalui Sistem Aplikasi Kesehatan Hewan (Sapi Ketawa) yang bisa diakses di laman https://dispertankpp.surakarta.go.id/sapiketawa/

“Saat ini Sapi Ketawa baru sebatas melayani pemilik anjing peliharaan. Namun ke depan akan kami kembangkan bagi kucing dan sapi ternak,” ungkap Pelaksana tugas (Plt) Kepala Kepala Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan (Dispertan KPP), Said Romadhon.

Said menjelaskan, sistem tersebut dikembangkan Pemkot lantaran banyaknya populasi maupun mutasi anjing di Solo. “Banyak anjing-anjing yang sampai sekarang belum memiliki identitas kepemilikan yang jelas.”

Kepala Bidang (Kabid) Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Dispertan KPP, Evy Nur Wulandari, menambahkan Sapi Ketawa juga dimaksudkan sebagai sarana penyediaan database jumlah anjing peliharaan berikut persebaran satwa tersebut. “Jadi nantinya bisa memudahkan kami dalam merumuskan kebijakan terkait pengendalian PHMSZ anjing di Kota Surakarta,” jelasnya.

Sebelum diluncurkan Senin (24/2), Pemkot sudah mendata anjing peliharaan di Banjarsari dan Jebres pada 2019. Hasil pendataan tersebut menunjukkan, jumlah hewan peliharaan yang konon paling setia terhadap tuannya itu tercatat 936 ekor.

Anjing-anjing yang didaftarkan pemilik mereka melalui situs Sapi Ketawa itu, kata Evy, selanjutnya akan diberikan kartu identitas dan pin kalung alamat web yang berisi barcode. Data kesehatan serta riwayat pemberian vaksin satwa tersebut juga akan disimpan Pemkot, guna memastikan pencegahan penyebaran penyakit rabies bisa lebih optimal.

“Sistem ini akan terus dikembangkan. Apalagi saat ini Sapi Ketawa juga belum bisa digunakan untuk mendata anjing yang dijual untuk kebutuhan konsumsi. Sebab anjing-anjing itu didatangkan dari luar Solo, bahkan luar provinsi. untuk sementara kami baru memaksimalkan pengawasan dan pendataan warung-warung kuliner daging anjing, dan terus menjaga komunikasi dengan pemiliknya,” terang Said. (**)

 

Mari Berbagi Informasi Kota Surakarta :
02/03/2020
© 2016-2021 PPID Kota Surakarta