Perusahaan Umum Daerah Air Minum (PDAM) Surakarta adalah Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang berperan sangat vital. Mengurusi berbagai hal terkait penyediaan air bersih kepada seluruh warga Kota Bengawan, PDAM tentu harus senantiasa menyelenggarakan pelayanan publik sebaik-baiknya.
Harapan akan terjaganya pelayanan berkualitas itu juga disampaikan Pemkot Surakarta. Tatkala melantik direksi PDAM periode 2019-2023 di Balai Tawangarum, Jumat (22/11), Wali Kota FX Hadi Rudyatmo menginginkan agar pimpinan Perumda tersebut mampu memenuhi minimal dua target khusus, selama menjalankan kepemimpinan di institusi itu.
“Pertama saya minta agar kualitas air ditingkatkan. Sering saya mendengar (aspirasi warga yang disampaikan secara) guyonan seperti ini. Mbok kalau bisa PDAM itu jadi Perusahaan Daerah Air Minum. Nggak sekadar Perusahaan Daerah Air Mandi,” ungkap Wali Kota.
Aspirasi itu dapat ditafsirkan sebagai harapan publik, agar manajemen PDAM mampu meningkatkan kualitas air bersih yang mereka distribusikan kepada puluhan ribu pelanggannya. Bagaimanapun, kualitas air bersih yang layak dikonsumsi tentu harus lebih tinggi dibanding air bagi keperluan mandi.
“Kedua, tolong kebocoran-kebocoran air bisa dikurangi. Kalau bisa, ya sekalian (tingkat kebocoran) ditekan menjadi nol persen.”
Meski terkesan ambisius lantaran sangat sulit meniadakan kebocoran tersebut, pernyataan itu harus ditangkap sebagai dorongan Pemkot agar manajemen PDAM serius membenahi distribusi air bersih kepada pelanggan. Betapapun Non Revenue Water (NRW) tetap berdampak negatif terhadap kelangsungan usaha PDAM, yang notabene menjadi salah satu BUMD penyumbang kas daerah.
Target-target itu ternyata direspons baik jajaran direksi PDAM. “Beberapa program sudah disiapkan untuk menjalankan amanah yang disampaikan beliau (Wali Kota),” tegas Direktur Utama (Dirut) PDAM, Agustan.
Soal peningkatan kualitas air, Agustan menerangkan bahwa PDAM akan mengoptimalkan potensi sumur dalam sebagai pemasok air bersih bagi pelanggan. “Sebenarnya pasokan air dari Cokro Tulung (Kabupaten Klaten) tidak ada masalah. Yang patut diwaspadai itu kan pasokan air dari Bengawan Solo, yang setiap kemarau pencemarannya cukup tinggi. Pada saat-saat tertentu, airnya bahkan tidak bisa diolah sama sekali,” papar dia.
Rencana menambah sumur dalam, imbuh Agustan, sudah ada dalam benak para direksi. Termasuk mengkaji saran Wali Kota yang disampaikan dalam pelantikan tersebut, yakni membuat sumur dalam di Bengawan Solo atau danau Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ). “Akan kami coba pada 2020. Kalau memang bisa, kenapa nggak?”
Penurunan tingkat kebocoran juga menjadi prioritas lain direksi. “Saat ini masih berkisar 43 persen. Target kami bisa diturunkan sampai 19 persen. Jadi kira-kira turunnya sekitar 24 persen,” tandas Agustan.
Peningkatan jumlah pelanggan dan frekuensi distribusi air pun menjadi target lain yang diusung direksi. “Saat ini pelanggan baru berkisar 59 persen dari total potensi pelanggan di wilayah kerja PDAM Surakarta. Ke depan akan ditingkatkan menjadi 80 persen. Lalu kontinuitas pelayanan juga akan dinaikkan bertahap, dari 20 jam per hari menjadi 24 jam per hari,” terang Agustan.