Kebakaran sampah adalah masalah laten di TPA Putri Cempo. Hampir selalu terjadi setiap kemarau, dan lenyap setiap musim hujan.
Pengelolaan sampah melalui metode open dumping sejak akhir 1980-an, memang menyisakan problem tersendiri. Gas metan yang tersimpan di balik tumpukan sampah TPA, rawan memercikkan api tatkala terkena hawa panas.
Pun halnya yang terjadi saat kemarau tahun ini. Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, sampah TPA Putri Cempo kembali terbakar dan menyebarkan asap tebal ke berbagai wilayah permukiman warga. Bedanya, titik api terus bermunculan dan menyebar di berbagai penjuru TPA hingga tiga bulan belakangan.
Jumlah titik api memang fluktuatif. Usai terbakar hebat pada akhir Juli, api relatif bisa dikendalikan sekalipun petugas Dinas Lingkungan Hidup (DLH) senantiasa menyemprotkan air ke berbagai penjuru TPA guna mendinginkan suhu di bawah tumpukan sampah. Sayangnya, beberapa hari belakangan nyala api kembali menghebat.
“Yang namanya pengelolaan model open dumping ya mesti begini. Tiap tahun pasti ada kebakaran,” aku Wali Kota Surakarta FX Hadi Rudyatmo.
Untungnya “tradisi” buruk yang berulang setiap tahun itu tidak diabaikan begitu saja oleh Pemkot. Berbagai organisasi perangkat daerah (OPD) terkait bertindak “keroyokan”, demi mengurangi dampak buruk akibat asap kebakaran sampah tersebut.
“Kami tetap tidak tinggal diam. Saat ini saja pemadam kebakaran kami terjunkan. Dinas Kesehatan juga diterjunkan.”
Kepala Dinas Pemadam Kebakaran Gatot Sutanto mengungkapkan, sejak awal bulan ini konsentrasi pemadaman berada di sisi timur TPA. Menurut dia, nyala api muncul di balik tumpukan sampah baru. “Sebelumnya titik api itu ada di sisi barat. Pemadaman di sisi timur ini lebih sulit karena sampahnya masih baru, sehingga susah dilalui kendaraan maupun petugas. Salah-salah, petugas kami bisa terperosok,” urai Gatot.
Luas lahan TPA yang terbakar bahkan diperkirakan mencapai lima hektare. Hari-hari belakangan, antrian truk pemadam maupun truk tangki pun dengan mudah dijumpai di dekat jalur utama TPA.
Bak tanpa kenal lelah, para petugas pemadam kebakaran, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) serta Dinas Lingkungan Hidup (DLH) selaku pengelola TPA, bergantian menyemprotkan air ke titik-titik api tersebut. Harapannya satu, api segera padam dan polusi udara akibat asap cepat lenyap.
“Kami memaksimalkan penyemprotan pada malam hari bersama pemadam kebakaran dan BPBD, karena siang hari terlalu banyak aktivitas di TPA,” tutur Kepala Seksi (Kasi) Pengelolaan Sampah DLH, Reni Cahyawati.
Bahkan dalam semalam, imbuh Reni, truk pemadam yang dikerahkan bisa berkisar belasan unit. Ia mencontohkan, saat pemadaman Senin (7/10) sebanyak 11 armada diterjunkan guna meminimalkan nyala api. Seluruh truk itu adalah milik Dinas Pemadam Kebakaran (empat unit), BPBD (dua unit) dan DLH (lima unit).
“Selama ini yang menjadi kendala saat pemadaman adalah lokasi pasokan air yang sangat jauh. Selain itu, medannya juga cukup sulit.”
Kepala DLH Sri Wardhani Poerbowidjojo mengatakan, pihaknya juga sudah mendistribusikan bantuan masker kepada warga terdampak asap kebakaran sampah TPA Putri Cempo. Menurutnya DLH, BPBD dan Palang Merah Indonesia (PMI) bekerja sama untuk membagikan masker tersebut kepada warga Kabupaten Karanganyar, yang berbatasan langsung dengan TPA dan paling terdampak kepulan asap pemicu sesak napas itu.
Dinas Kesehatan pun tak ketinggalan. Rabu (9/10), diselenggarakan pemeriksaan kesehatan dan pengobatan gratis di Kampung Jatirejo RT 03 RW 39, Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres. Sekretaris Dinas Kesehatan Setyowati mengatakan, kegiatan itu merupakan penanganan atas dampak buruk akibat terhirupnya asap oleh warga sekitar TPA.
“Kebanyakan warga mengalami bronkhi atau batuk berdahak, karena banyaknya kotoran yang masuk ke tenggorokan. Selain itu ada pula yang merasakan mual, pusing, sesak nafas, susah tidur maupun tekanan darah naik,” beber dr Anis Setyaning, petugas medis Puskesmas Sibela yang diterjunkan di posko.
Tak kurang 100 warga yang didominasi anak-anak dan lansia, memanfaatkan layanan kesehatan tersebut. Pengobatan yang diberikan petugas pun disesuaikan dengan keluhan mereka.
”Biasanya kami berikan obat sesuai dengan keluhannya. Misalnya obat tetes mata bagi yang mengeluh matanya perih, atau obat penurun tekanan darah dan obat batuk. Tapi yang paling penting kami mewanti-wanti warga agar menggunakan masker setiap hari,” terang Anis.
Begitulah. Penanganan “keroyokan” lintas OPD itu membuktikan bahwa Pemkot tidak lepas tangan atas setiap kejadian buruk di Kota Bengawan. Bahkan kini Pemkot siap memutus “tradisi” kebakaran tersebut.
“Metode penanganan sampah secara open dumping ini tidak akan menyelesaikan persoalan. Makanya kami menyiapkan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa). Setidaknya pengolahan sampah menjadi energi listrik ini bisa menghilangkan timbunan sampah di TPA Putri Cempo dalam 10-15 tahun ke depan,” tandas Wali Kota. (**)