Arus mudik dan balik sekaligus libur Lebaran 2019/1440 H telah usai. Sejumlah catatan pun tersisa dari hiruk-pikuknya ritual tahunan tersebut di Kota Bengawan.
Sebagai kota yang terletak di jalur pemudik asal Jakarta dan Jawa Barat menuju Jawa Tengah bagian selatan maupun Jawa Timur, pelaksanaan arus mudik dan balik di Solo layak dievaluasi. Sebab kesiapan para pemangku kepentingan terkait jelas menentukan lancar tidaknya aktivitas pulang kampung itu kemarin.
Pemkot Surakarta pun menilai, operasional jalan Tol Solo-Ngawi sebagai solusi ampuh dalam menekan kepadatan kendaraan pemudik di berbagai ruas jalan Kota Bengawan, selama arus mudik dan balik Lebaran. “Secara umum, kemacetan malah terjadi di berbagai kawasan di dalam kota. Terutama pusat perbelanjaan, pusat kuliner, jalur keluar masuk (in-out) pasar tradisional dan modern, serta central bussiness disctrict (CBD) lainnya,” terang Kepala Bidang (Kabid) Lalu Lintas Dinas Perhubungan (Dishub) Ari Wibowo.
Hal lain yang mengindikasikan efektifnya Tol Solo-Ngawi sebagai jalur pengurai kendaraan pemudik tersebut, adalah menumpuknya kendaraan menuju pintu masuk dan keluar tol selama berlangsungnya arus mudik dan balik. Sebagaimana diketahui, pintu keluar (exit) Tol Solo-Ngawi terdekat dengan Solo adalah Jalan Adisumarmo yang berada di kawasan Klodran, Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar.
“Mulai tahun ini, kami juga menempatkan petugas dan perangkat traffic counting (penghitung jumlah kendaraan) di exit toll Jalan Adisumarmo. Dari traffic counting di sana bisa diketahui, pengaruh jalan tol sangat besar terhadap kelancaran arus di Kota Solo selama mudik dan balik Lebaran kemarin. Kalau saja tidak ada jalan tol, maka beban kendaraan yang masuk ke ruas jalan nasional di Solo, sangat tinggi. Namun dengan adanya tol, beban kendaraan bisa dikurangi hingga 20 persen dari tahun-tahun sebelumnya.”
Memang, antrean mobil pemudik dengan bermacam aksesoris seperti tumpukan barang di atas kap hingga kertas bertuliskan kalimat pengundang senyum, kemarin jarang dijumpai di akses keluar masuk Kota Bengawan sebagaimanan tahun-tahun sebelumnya. Sebut saja, Jalan Slamet Riyadi, Jalan Ir Sutami, Jalan Adisucipto, maupun Jalan Dr Radjiman.
Sesekali hanya terlihat iring-iringan pemudik bersepeda motor, yang notabene dilarang melintasi jalan bebas hambatan untuk pulang kampung. Gantinya, antrean kendaraan kerap terlihat di Jalan Adisumarmo terutama Banyuanyar dan Klodran, karena wilayah itu menjadi pintu masuk Tol Solo-Ngawi.
“Koridor Jenderal Sudirman juga menjadi titik kepadatan baru, terutama di depan Balai Kota Surakarta. Di situ ada ruang publik terbuka, yang dimanfaatkan warga dan wisatawan selama libur Lebaran kemarin. Kepadatan kendaraan bahkan terpantau hingga kawasan Sangkrah dan simpang Ketandan,” terang Ari.
Untungnya, Pemkot sudah mengantisipasi potensi kemacetan tersebut jauh-jauh hari.
“Di depan Balai Kota sudah diterapkan manajemen rekayasa lalu-lintas (MRLL). Kendaraan yang melintas di Jalan Jenderal Sudirman dari selatan diluruskan terus, karena jalur crossing (perpotongan arus) dari arah timur dan utara dihilangkan,” kata dia.
MRLL juga diperluas hingga ke kawasan sekitar Balai Kota dan Tugu Pemandengan. “Di Pasar Gede, pengendara dilarang crossing agar tidak ada penumpukkan kendaraan.”
Di pusat kuliner, kepadatan kendaraan pemudik selama libur Lebaran pun terlihat jelas. Hal ini bisa dimaklumi, sebab bagaimanapun juga Solo adalah pusat aktivitas keplek ilat dengan sederet menu kuliner andalannya.
Kekhawatiran akan matinya pelaku usaha di Kota Bengawan usai Tol Solo-Ngawi beroperasi ternyata juga mulai terkikis. “Di dekat kawasan kuliner Kottabarat, kendaraan banyak menumpuk di ujung selatan overpass Manahan pada malam hari. Untungnya Lebaran kali ini overpass sudah dioperasikan, sehingga tidak seperti tahun kemarin saat masih proses pembangunan. Di mana pemudik harus berputar-putar karena Jalan Dr Moewardi masih ditutup,” urai Ari.
Faktanya, kerjasama apik Pemkot dan berbagai instansi terkait bisa mendatangkan kenyamanan bagi pemudik maupun wisatawan selama libur Lebaran 2019/1440 H. “Belum ada laporan kecelakaan fatal yang kami terima. Pemasangan barikade dan MRLL di berbagai ruas jalan, cukup mampu mengurai kepadatan kendaraan. Sekalipun dari data traffic counting, jumlah kendaraan yang melintas di Solo mulai H-7 hingga H+3 Lebaran naik sekitar 234.000 unit dibandingkan libur Lebaran 2018,” papar Ari.
Wali Kota FX Hadi Rudyatmo pun mengamini efektifnya Tol Solo-Ngawi sebagai pengurai kemacetan, sekaligus tidak mematikan sentra ekonomi di Kota Solo.
“Dulu banyak yang khawatir Solo nggak dihampiri orang karena mereka bablas dari Jakarta ke Jawa Timur, tanpa berhenti di Solo. Buktinya nggak. Lebaran kemarin okupansi hotel tetap tinggi. Cari tempat makan yang sepi juga susah, karena ramainya luar biasa,” tandas Rudy, sapaan akrab orang nomor satu di Kota Bengawan ini.
Saking ramainya, pembersihan pusat kuliner disebut Wali Kota baru efektif dilakukan usai libur Lebaran. “Senin (10/6) kami baru bisa membersihkan pusat-pusat kuliner itu. Lha mau bagaimana, parkirnya juga penuh sampai macet kok,” tutur dia. (**)